Kini aku sambut mentari pagi
dengan senyuman setelah kemarin begitu banyak cobaan yang datang bertubi-tubi
dalam hidupku.kicauan burung , ditambah lagi dengan senandung nyanyian islam
yang dihidupkan di masjid dekat rumahku.suara yang merdu serta nyanyian yang
melambangkan ketulusan dan kasih sayang begitu damai melekat didalam benakku.
Hmmm, tarikan napasku dipagi
itu membuat aku mengingat hari-hariku ketika bersamanya.membuatkannya kopi,
membeli Koran bacaannya mengucapkan salam ketikaku berangkat sekolah.“Aku
kangen bapaaaaaaak”, ucapku lirih.
Kini untuk bertemu dengan bapak
saja sulit apalagi mau bercerita panjang lebar tentang kegiatanku.bapakku
adalah seorang pekerja galangan yang dari pagi hingga sore bekerja di atas
teriknya sinar matahari.sungguh miris hatiku mengingat orangtuaku yang sudah
renta dan harus bekerja demi biaya sekolahku.abang yang seharusnya kini menjadi
tulang punggung bagi keluargaku tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan
keluargaku.kerjaannya hanya bermalas-malasan dan membuat susah keluargaku.
Kini harapanku adalah agar
bapak bisa secepatnya keluar dari jeruji besi yang menahannya itu.bukan bapak
yang bersalah atas hilangnya besi-besi itu.karena pada saat itu bapak sedang
sakit dan tidak bekerja.sungguh terlalu bagi orang yang memfitnah bapak akan
kejadian itu.dan juga Yang terpenting bagiku kini adalah kesehatan ibu.kini dia
hanya terbaring lemah di tempat tidur mungilnya dan terkadang sambil merintih
sakit di dadanya.membelikannya obat tidak semudah membalikkan telapak tangan
bagiku.uang, dimana-mana selalu terkendala dengan uang.kini seharusnya aku
harus membeli obat ibu yang sudah dua hari belakangan ini habis.apa aku harus
meminjam uang kepada pak soleh, tapi itu tidak mungkin, utangku masih banyak
yang belum terlunaskan kepadanya.meminjam kepada tetanga yang lain itu tidak
mungkin dengan keadaanku seperti ini mereka pasti berfikir dengan apa nantinya
akan aku kembalikan uang tersebut, untuk keseharianku saja mereka sudah tahu
begitu sulit.
Aparat yang seharusnya membela
bukannya menegakkan keadilan tapi menutup kebenaran.yang berduit disanjung
sesalah apapun perbuatannya.sungguh amarahku selalu meningkat ketika mendengar
yang namanya aparat hukum.karena bagiku mereka bukannya melindungi, mereka
bukannya mengayomi aku benci kepada mereka !
Kini
yang aku pikirkan bagaimana aku akan membiayai kehidupan ibu beserta biaya
sekolahku.aku tidak ingin berhenti disaat aku akan melaksanakan ujian
nasional.apa yang harus ku perbuat apa yang harus aku lakukan untuk
menghasilkan uang.berharap pada saudaraku yang lain itu sungguh tidak mungkin,
jangankan meminta bantuan bertemu saja rasanya mereka ogah dengan keadaanku
yang seperti ini.
“Ya aku
ingat aku masih mempunyai tabungan dicelenganku”.bergegas aku pun langsung
menuju kamar.
Kuambil
celengan yang berbentuk ayam kuangkat lalu kubantingkan kelantai.alhamdulillah
Ya Allah rasanya uang ini cukup untuk membeli obat ibu dan berjualan keripik serta
kue.keesokannya pun aku memulai dengan membeli beberapa bahan kue serta ubi
untuk ku olah menjadi makanan yang lezat.untungnya aku masih ingat dulu ibu
pernah mengajarkanku, semoga itu semua dapat memudahkanku.
***keesokann
harinya***
Terpaksa
hari ini aku tidak masuk sekolah, karena untuk menjajakannya ke warung-warung
itu membutuhkan waktu yang cukup lama.setiap warung aku titipkan 20 buah
keripik dan beberapa kue kering.semoga ini langkah awal yang baik untuk memulai
semuanya.
Hari ke
hari Alhamdulillah daganganku semakin lancar.keuntungan dari berjualan pun aku
sisihkan untuk membeli obat ibu dan untuk biaya sekolahku serta membayar hutang
kepada pak soleh.”sungguh besarnya kuasamu Ya Allah, disaat aku benar-benar
merasa sendiri dan merasa terbebani engkau bantu aku dengan berbagai caramu.sungguh
luar biasa kekuasaanmu Ya Rabb”.tuturku dalam hati.
Ide
cemerlang keluar dari otakku , kenapa aku tidak berjualan disekolah mungkin ada
sedikit peluang teman-temanku akan membelinya.keesokannya aku pun membawa
beberapa daganganku ke sekolah dan Alhamdulillah hari pertama laris.sungguh
senangnya hatiku.Semakin hari anak satu sekolah sudah mengetahui kalo aku
adinda pratiwi menjual keripik dan kue-kue kering.pesanan pun sudah mulai
menghampiriku.sungguh tak terduga kekuasanmu Ya Allah.
Belum
berapa lama aku menjual daganganku di sekolah, kabar angin pun mulai mengganggu
telingaku.yang aku dengar ibu-ibu kantin yang berjualan di sekolah merasa
terganggu akan kehadiranku yang juga berjualan, dagangan mereka tidak selaku
dulu, anak’-anak pun sekarang lebih senang nongkrong di kelas sambil memakan
cemilan yang mereka beli kepadaku ketimbang nongkrong di kantin sekolah.
“Nak ,
kamu adinda yaa ?”
“iyaa bu’ kenapa ?” Tanya ku.
“Ibu
tau nak , bagaimana keadaan keluargamu,ibu juga tau nak bagaimana kamu berjuang
untuk mendapatkan uang demi kehidupanmu.tapi ibu mohon nak kamu jangan
berjualan disekolah karena itu mengganggu kami yang berjualan di
kantin.Akhir-akhir ini dagangan kami kurang laku nak, gorengan hingga makanan
beratnya pun terpaksa di buang karena untuk disajikan besok itu sudah tidak
mungkin pasti rasa dan aromanya sudah berbeda.Cuma itu nak harapan dari kami.ibu
minta maaf sekali nak.”
“baiklah
bu,dinda mengerti kita manusia juga butuh uang demi kehidupan.dinda minta maaf
ya bu’ jika memang dinda salah.”
Bergegas
aku pun pulang kerumah diiming-imingi rasa gelisah yang dari tadi
menghantuiku.perasaanku tidak enak rasanya ada sesuatu yang terjadi pada ibu.
“Assalamualaikum,
buuuu buuuuuu “. Tuturku.
Tak ada
sahutan dari ibu, semakin membuat jantungku berdegup kencang, ku buka pintu
kamar ibu dan ternyata ibu tidur. aku mendekat menghampiri ibu dan duduk
disamping ibu sambil menatapnya.lega rasanya melihat ibu yang tidur disertai
senyuman.tapi kok muka ibu kelihatan pucat, tangannya juga dingin.
“buuuu,
buuuu”.(cemas)
Tak ada
jawaban dari ibu , tak ada satu gerakan yang ibu lakukan untukku..
“buuuu,
buuu bangun bu, aku mendekat ke arah ibu dan tidak ada hembusan napas yang
keluar dari hidung ibuu.
“Ibuuuuuu”.teriakku.
Secepat
inikah engaku pergi meninggalkanku bu’ aku belum bisa hidup sendiri..
*enam
bulan kemudian*
Aku
dinyatakan lulus dari sekolahku SMA bakti darma.teriakan, tangis haru menambah
kebahagaiaan kami di kala itu.Semua teman-temanku sudah membuat rencana akan
melanjutkan kuliah di universitas negeri yang mereka kagumi.tapi tidak denganku.
Perlahan
aku menjauh dari teman-temanku dan duduk diam sambil memegang kertas
kelulusanku.air mata pun tak sanggup ku tahan karena teringat oleh ibu dan
ayah.andai saja mereka ada disini .
Seseorang
mendekatiku sambil membelai rambutku
“dindaaaaa.”
“bapaaaak
, ini bener bapak ? (tersontak kaget)
“iya
nak ini bapak , bapak datang untuk kamu nak , kamu tidak perlu sedih sekarang
nak ada bapak yang selalu menemani hari-hari mu.
“bapak
sudah keluar dari jeruji besi pak ? bukannya bapak masih 2 tahun lagi pak ?”
“seharusnya
memang begitu nak, tapi seperti apa yang telah bapak pernah ucapkan kepadamu
kebenaran itu akan datang walau belakangan dan sekarang inilah yang terjadi
bapak terbukti tidak bersalah nak , bapak bebas !!!
Dan
dengan kedatangan bapak di kala itu menambah kebahagianku di tanggal 23 april
2011.aku mendapatkan beasiswa dan aku menjadi siswi dengan nilai tertinggi di
kota tempatku tinggal.
Diary,
Kini tepat di tanggal 23 april 2011 begitu
banyak kejutan yang datang menghampiriku , dari aku lulus mendapat nilai
tertinggi dan beasiswa hingga bapak yang tiba” muncul dihadapanku.andai saja
ibu masih ada pasti ibu akan senang seperti apa yang aku rasakan,tapi aku yakin
kini ibu sudah tenang di sana, pasti ibu senang melihatku yang kembali ceria lagi.Dan
ini benar-benar yang namanya kebahagiaan , aku telah menemukan kebahagianku….