Kamis, 21 Juni 2012

bahagiaku di 230411



Kini aku sambut mentari pagi dengan senyuman setelah kemarin begitu banyak cobaan yang datang bertubi-tubi dalam hidupku.kicauan burung , ditambah lagi dengan senandung nyanyian islam yang dihidupkan di masjid dekat rumahku.suara yang merdu serta nyanyian yang melambangkan ketulusan dan kasih sayang begitu damai melekat didalam benakku.

Hmmm, tarikan napasku dipagi itu membuat aku mengingat hari-hariku ketika bersamanya.membuatkannya kopi, membeli Koran bacaannya mengucapkan salam ketikaku berangkat sekolah.“Aku kangen bapaaaaaaak”, ucapku lirih.

Kini untuk bertemu dengan bapak saja sulit apalagi mau bercerita panjang lebar tentang kegiatanku.bapakku adalah seorang pekerja galangan yang dari pagi hingga sore bekerja di atas teriknya sinar matahari.sungguh miris hatiku mengingat orangtuaku yang sudah renta dan harus bekerja demi biaya sekolahku.abang yang seharusnya kini menjadi tulang punggung bagi keluargaku tidak bisa diandalkan untuk memenuhi kebutuhan keluargaku.kerjaannya hanya bermalas-malasan dan membuat susah keluargaku.

Kini harapanku adalah agar bapak bisa secepatnya keluar dari jeruji besi yang menahannya itu.bukan bapak yang bersalah atas hilangnya besi-besi itu.karena pada saat itu bapak sedang sakit dan tidak bekerja.sungguh terlalu bagi orang yang memfitnah bapak akan kejadian itu.dan juga Yang terpenting bagiku kini adalah kesehatan ibu.kini dia hanya terbaring lemah di tempat tidur mungilnya dan terkadang sambil merintih sakit di dadanya.membelikannya obat tidak semudah membalikkan telapak tangan bagiku.uang, dimana-mana selalu terkendala dengan uang.kini seharusnya aku harus membeli obat ibu yang sudah dua hari belakangan ini habis.apa aku harus meminjam uang kepada pak soleh, tapi itu tidak mungkin, utangku masih banyak yang belum terlunaskan kepadanya.meminjam kepada tetanga yang lain itu tidak mungkin dengan keadaanku seperti ini mereka pasti berfikir dengan apa nantinya akan aku kembalikan uang tersebut, untuk keseharianku saja mereka sudah tahu begitu sulit.

Aparat yang seharusnya membela bukannya menegakkan keadilan tapi menutup kebenaran.yang berduit disanjung sesalah apapun perbuatannya.sungguh amarahku selalu meningkat ketika mendengar yang namanya aparat hukum.karena bagiku mereka bukannya melindungi, mereka bukannya mengayomi aku benci kepada mereka !

Kini yang aku pikirkan bagaimana aku akan membiayai kehidupan ibu beserta biaya sekolahku.aku tidak ingin berhenti disaat aku akan melaksanakan ujian nasional.apa yang harus ku perbuat apa yang harus aku lakukan untuk menghasilkan uang.berharap pada saudaraku yang lain itu sungguh tidak mungkin, jangankan meminta bantuan bertemu saja rasanya mereka ogah dengan keadaanku yang seperti ini.

“Ya aku ingat aku masih mempunyai tabungan dicelenganku”.bergegas aku pun langsung menuju kamar.
Kuambil celengan yang berbentuk ayam kuangkat lalu kubantingkan kelantai.alhamdulillah Ya Allah rasanya uang ini cukup untuk membeli obat ibu dan berjualan keripik serta kue.keesokannya pun aku memulai dengan membeli beberapa bahan kue serta ubi untuk ku olah menjadi makanan yang lezat.untungnya aku masih ingat dulu ibu pernah mengajarkanku, semoga itu semua dapat memudahkanku.

***keesokann harinya***

Terpaksa hari ini aku tidak masuk sekolah, karena untuk menjajakannya ke warung-warung itu membutuhkan waktu yang cukup lama.setiap warung aku titipkan 20 buah keripik dan beberapa kue kering.semoga ini langkah awal yang baik untuk memulai semuanya.
Hari ke hari Alhamdulillah daganganku semakin lancar.keuntungan dari berjualan pun aku sisihkan untuk membeli obat ibu dan untuk biaya sekolahku serta membayar hutang kepada pak soleh.”sungguh besarnya kuasamu Ya Allah, disaat aku benar-benar merasa sendiri dan merasa terbebani engkau bantu aku dengan berbagai caramu.sungguh luar biasa kekuasaanmu Ya Rabb”.tuturku dalam hati.

Ide cemerlang keluar dari otakku , kenapa aku tidak berjualan disekolah mungkin ada sedikit peluang teman-temanku akan membelinya.keesokannya aku pun membawa beberapa daganganku ke sekolah dan Alhamdulillah hari pertama laris.sungguh senangnya hatiku.Semakin hari anak satu sekolah sudah mengetahui kalo aku adinda pratiwi menjual keripik dan kue-kue kering.pesanan pun sudah mulai menghampiriku.sungguh tak terduga kekuasanmu Ya Allah.

Belum berapa lama aku menjual daganganku di sekolah, kabar angin pun mulai mengganggu telingaku.yang aku dengar ibu-ibu kantin yang berjualan di sekolah merasa terganggu akan kehadiranku yang juga berjualan, dagangan mereka tidak selaku dulu, anak’-anak pun sekarang lebih senang nongkrong di kelas sambil memakan cemilan yang mereka beli kepadaku ketimbang nongkrong di kantin sekolah.

“Nak , kamu adinda yaa ?”
“iyaa bu’ kenapa ?” Tanya ku.
“Ibu tau nak , bagaimana keadaan keluargamu,ibu juga tau nak bagaimana kamu berjuang untuk mendapatkan uang demi kehidupanmu.tapi ibu mohon nak kamu jangan berjualan disekolah karena itu mengganggu kami yang berjualan di kantin.Akhir-akhir ini dagangan kami kurang laku nak, gorengan hingga makanan beratnya pun terpaksa di buang karena untuk disajikan besok itu sudah tidak mungkin pasti rasa dan aromanya sudah berbeda.Cuma itu nak harapan dari kami.ibu minta maaf sekali nak.”

“baiklah bu,dinda mengerti kita manusia juga butuh uang demi kehidupan.dinda minta maaf ya bu’ jika memang dinda salah.”

Bergegas aku pun pulang kerumah diiming-imingi rasa gelisah yang dari tadi menghantuiku.perasaanku tidak enak rasanya ada sesuatu yang terjadi pada ibu.
“Assalamualaikum, buuuu buuuuuu “. Tuturku.
Tak ada sahutan dari ibu, semakin membuat jantungku berdegup kencang, ku buka pintu kamar ibu dan ternyata ibu tidur. aku mendekat menghampiri ibu dan duduk disamping ibu sambil menatapnya.lega rasanya melihat ibu yang tidur disertai senyuman.tapi kok muka ibu kelihatan pucat, tangannya juga dingin.

“buuuu, buuuu”.(cemas)
Tak ada jawaban dari ibu , tak ada satu gerakan yang ibu lakukan untukku..
“buuuu, buuu bangun bu, aku mendekat ke arah ibu dan tidak ada hembusan napas yang keluar dari hidung ibuu.
“Ibuuuuuu”.teriakku.
Secepat inikah engaku pergi meninggalkanku bu’ aku belum bisa hidup sendiri..

*enam bulan kemudian*

Aku dinyatakan lulus dari sekolahku SMA bakti darma.teriakan, tangis haru menambah kebahagaiaan kami di kala itu.Semua teman-temanku sudah membuat rencana akan melanjutkan kuliah di universitas negeri yang mereka kagumi.tapi tidak denganku.
Perlahan aku menjauh dari teman-temanku dan duduk diam sambil memegang kertas kelulusanku.air mata pun tak sanggup ku tahan karena teringat oleh ibu dan ayah.andai saja mereka ada disini .

Seseorang mendekatiku sambil membelai rambutku
“dindaaaaa.”
“bapaaaak , ini bener bapak ? (tersontak kaget)
“iya nak ini bapak , bapak datang untuk kamu nak , kamu tidak perlu sedih sekarang nak ada bapak yang selalu menemani hari-hari mu.
“bapak sudah keluar dari jeruji besi pak ? bukannya bapak masih 2 tahun lagi pak ?”
“seharusnya memang begitu nak, tapi seperti apa yang telah bapak pernah ucapkan kepadamu kebenaran itu akan datang walau belakangan dan sekarang inilah yang terjadi bapak terbukti tidak bersalah nak , bapak bebas !!!

Dan dengan kedatangan bapak di kala itu menambah kebahagianku di tanggal 23 april 2011.aku mendapatkan beasiswa dan aku menjadi siswi dengan nilai tertinggi di kota tempatku tinggal.

Diary,
Kini tepat di tanggal 23 april 2011 begitu banyak kejutan yang datang menghampiriku , dari aku lulus mendapat nilai tertinggi dan beasiswa hingga bapak yang tiba” muncul dihadapanku.andai saja ibu masih ada pasti ibu akan senang seperti apa yang aku rasakan,tapi aku yakin kini ibu sudah tenang di sana, pasti ibu senang melihatku yang kembali ceria lagi.Dan ini benar-benar yang namanya kebahagiaan , aku telah menemukan kebahagianku….






Tidak ada komentar:

Posting Komentar